Konsep Rumah ISLAMI
Seiring
perkembangan zaman, rancangan rumah semakin beragam dan kreatif. Rumah saat ini
tidak lagi hanya sebagai tempat
tinggal dan berteduh semata. Bangunan rumah juga menunjukan status ekonomi sang
pemilik sekaligus miningkatkan prestice. Sehingga banyak rancangan bangunan
yang berusaha mencapai tujuan tersebut. Para ahli bangunan telah menentukan
tiga faktor utama sebagai syarat membuat bangunan yang baik dengan arsitektur
yang baik, yaitu pertama bangunan
tersebut harus fungsional. Kedua, bangunan harus kokoh sehingga menciptakan
rasa aman bagi penghuni. Ketiga bangunan tersebut haruslah indah (estetis).
Demi memenuhi ketiga faktor tersebut banyak arsitek mencari inspirasi dari
berbagai bentuk bangunan di belahan
dunia, kekayaan budaya, hingga ajaran kepercayaan tertentu. Setiap wilayah
memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda-beda hingga corak bangunannya
pun beragam. Pengaruh ajaran/kepercayaan
dan nilai-nilai tertentu pun sangat mempengaruhi rancangan bangunan yang
dibuat. Kita bisa melihat bagaimana suatu kepercayaan mampu menentukan bentuk
dan corak bangunan seperti orang-orang china dengan fengshui-nya, bangunan
jepang yang tak lepas dari ajaran Shinto-nya, dan bangunan megah masa lalu pada
abad 13 M yang dipengaruhi akuluturasi ajaran hindu dan budha di Indonesia.
Semua bangunan yang terinspirasi dari nilai tersebut akan memiliki ciri khas
tersendiri. Mulai dari warna, bentuk bangunan hingga tata letak ruangan
bangunan.
Begitu juga
dengan ISLAM. ISLAM memiliki pandangan yang khas tentang kehidupan manusia. Di
dalam ISLAM,seorang muslim haruslah berpegang teguh pada syariah. Sehingga
mendorong seorang muslim harus menciptakan bangunan yang ideal. Ideal disini
dimaksudkan adalah bangunan yang memenuhi syarat syariah. Syariah ISLAM
memandang bahwa seorang muslim terutama wanita memiliki kehidupan
umum/publik (hayatul amm) dan khusus
(hayattul Khos). Perlakuan terhadap dua kehidupan tersebut sangatlah berbeda.
Sehingga penggunaan fungsi ruangan dan desaign rumah haruslah memudahan seorang
muslim untuk menjaga kedua wilayah tersebut. Hayatul amm adalah wilayah yang
bias diakses oleh siapa saja dengan ijin ataukan tanpa seijin pemiliki rumah.
Sedangkan wilayah hayatul khos adalah
wilayah yang hanya bisa diakses oleh mahram sang pemiliki rumah. Sekalipun
tidak menutup kemungkinan orang selain itu bisa masuk namun harus dengan seizin
pemilik rumah. Kenapa terdapat kedua wilayah ini? Semua ini disebabkan adanya
perintah syariah yang mengharuskan seorang muslim terutama muslimah menjaga
aurat. Kedua wilayah tersebut memiliki batasan aurat yang berbeda. Bagi seorang
muslim mungkin tidak terlalu sulit karena batasan auratnya dari pusar hingga
lutut. Akan tetapi berbeda dengan muslimah, mereka harus menutup seluruh tubuh
mereka kecuali wajah dan telapak tangan (dengan jilbab dan kerudung) bila
berada di hayatul amm. Sedangkan jika berada di hayatul khos, mereka dapat
menampakkan perhiasan yang biasa tampak pada diri mereka. Sehingga bangunan
yang ideal dalam ISLAM yang mampu
melindungi kehidupan khusus pemiliknya. Walaupun begitu tidak bearti
meninggalkan usur keindahan pada bangunan.
Konsep
rumah islami dapat dikelompokkan dalam tiga
area. Area pertama adalah area public. Pada area ini memungkinkan ada interaksi
pemilik rumah dengan orang lain. Pada area ini harus dirancang multi fungsi.
Saat pemilik rumah akan ada interaksi
atau aktivitas yang melibatkan orang lain dapat menggunakan ruangan ini
dengan nyaman tanpa takut area khosnya tersingkap. Area ini meliputi halaman
depan dan ruang tamu. Area kedua adalah area privasi penghuni rumah. Area ini
meliputi kamar mandi dan kamar tidur pemilik rumah (orang tua dan anak) dan
pembantu. Jumlah kamar tidur harus disesuaikan dengan kebutuhan. Dikarenakan
penggunaannya pun diatur di dalam ISLAM. Tuntunannya adalah kamar orang tua dan
anak terpisah, dan kamar anak laki-laki dan perempuan pun berbeda. Bila
menggunakan jasa pembantu rumah tangga pun harus dijaga ranah khosnya. Area
ketiga adalah area servis khos. Area ini meliputi rang keluarga, ruang makan,
ruang dapur,ruang kerja/baca tempat cuci baju dan jemur baju. Area servis ini
harus tetap terjaga dari pandangan pihak luar rumah. Terutama diperuntukkan
pemilik rumah (muslimah) agar dapat mengakses
dan beraktivitas di ruangan tersebut dengan aman tanpa takut tersingkap
auratnya.
Sehingga dalam
merancang desain rumah islami juga harus memikirkan material yang digunakan. Ambil
contoh dalam pemilihan pagar rumah
dipilih bentuk dan bahan tidak hanya kokoh namun juga mampu meminimalisir terlihatnya
aktivitas keseharian pemilik rumah (ex: menyapu menyiram tanaman). Dengan
begitu tetap bisa braktivitas bebas walau tidak harus tertutup rapat auratnya
(mis: tanpa menggunakan kaos kaki). Sekalipun bahan yang digunakan tidak harus
selalu tertutup rapat. Hal ini dapat disiasati dengan bentuk dan aksen pada
pagar. Begitu juga pemilihan materi yang digunakan pada bagian depan rumah menghindari
bahan transparan. Hal tersebut dapat merusak wilyah khos penghuni rumah.
Termasuk bagian rumah pada tingkat atas juga harus terjaga wilayah am dengan
area khususnya. Bila ada balkon tetap harus bisa melindungi wilayah di belakang
balkon dari pandangan luar. Penjagaan atas wilayah khusus bukan untuk membatasi
tempat udara dan cahaya keluar masuk rumah. Jendela dan ventilasi dapat
dirancang lebih tinggi atau menggunakan system 2 daun jendela sehingga
memudahkan cahaya masuk tanpa harus mengumbar wilayah khos. Perancangan desain
kamar mandi pun harus diperhatikan. Desain kamar mandi dapat di bagi 2 wilayah,
yaitu basah dan kering. Sehingga bila ada muslimah yang menggunakan dapat
dengan bebas menggenakan kerudung, jilbab, dan kaos kaki di dalam kamar mandi
tanpa harus takut terkena najis. Kemudian area dapur, ruang cuci baju dan
jemuran pun di desain dengan teliti. Muslimah
dapat beraktifitas bebas tanpa harus ribet bolak-balik menggunakan kerudung dan
jilbab saat melakukan aktivitas di area ini. Area ini bisa didesain agak
terbuka karena membutuhkan tempat aliran asap masakan dan cahaya yang cukup,
maka pagar belakang rumah harus lebih tinggi dari bakal rumah utama. Sehingga
aurat pemilik rumah akan tetap terjaga sembari mengerjakan aktivitas rumah
mereka.
Oleh sebab itu rancangan bangunan rumah islami
haruslah dirancang sedetail mungkin. Perancangan detail dimaksudkan agar ke
tiga faktor utama terwujud, yaitu fungsionalis, membuat aman, dan indah.
Batasan-batasan yang di berikan syariah bukan dalam rangka membatasi
kreativitas para arsitek dalam merancang sebuah rumah. Namun sebaliknya justru
mendorong para arsitek mampu berkreasi sekreatif mungkin memenuhi kebutuhan
kaum muslimin akan rumah yang kokoh, aman, dengan keindahan yang bernilai
tinggi. Selamat mencoba.

